Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Dari Raja Uzia | Renungan Motivasi Kristen

www.motivasikristen.com

"Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuatnya segala usahanya berhasil"

(2 Tawharik 26:1-5)

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan. Apa yang dapat kita belajar dai kisah raja Uzia? Atau teladan apakah yang dapat kita petik dan ambil dari seorang raja Uzia?

Mungkin sebagian orang baru mendengar namanya, mungkin juga yang belum mengetahui kisah dari raja Uzia. Jika kita membaca keseluruhan bacaan kita saat ini, ada dua hal menarik dari raja Uzia yang dapat kita ambil dalam melakukan tugas dan tanggung jawab kita sebgai keluarga kristen.

Pertama. Raja uzia adalah raja termuda yang pernah memimpin Yerusalem. Ketika ia berusia enam belas tahun, ia dipilih oleh segenap bangsa Yehuda untuk menjadi raja mengantikan ayahnya yang telah meninggal. Lalu apa hubungan kisah pertama raja Uzia dengan kita sebagai orang percaya?

Saat ini banyak orang percaya yang selalu melekat dengan kata menolak, contohnya ketika dipilih menjadi pimpinan dalam suatu organisasi selalu menolak dengan berbagai alasan, bahkan ada juga yang hendak dipakai Tuhan untuk melayani diladangnya, mereka selalu menolak. Bukankah hal itu menunjukan sikap kurang percaya diri? Bukankah hal itu tidak diinginkan Tuhan?

Belajarlah dari raja Uzia dengan umur yang masih muda tetapi dia mampu menjadi raja yang berhasil dengan memimpin Yerusalem selama lima puluh tahun lamanya. Tahukah kita apa yang membuat ia berhasil? Jawabannya tertulis dalam ayat lima bacaan kita. “Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah, dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya brhasil.”

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan. Hal menarik kedua dari raja Uzia adalah keberhasilannya menjadi seorang raja yang hebat pada saat itu karena didikan kedua orang tuanya. Ayah dari raja Uzia adalah Amazia yang dahulunya adalah seorang raja di Yerusalem dan ibunya adalah Yekholya.

Didikan dari ayah dan ibunya membuat ia menjadi pribadi yang kuat dan takut akan Tuhan. Didikan dari ayah dan ibunya membuat ia selalu melakukan kebenaran ketika memimpin Yerusalem. Pernyataan diatas dapat disamakan dengan bunyi pepatah yang sering kita dengar “Buah jadi tidak jauh dari pohonnya”.

Saudara-saudara yang diberkati Tuhan. Ketika mendengar kisah menarik dari raja Uzia lalu apakah kita sebagai orang tua telah melakukan tugas dan tanggung jawab kita dengan benar? Apakah kita telah mengajarkan anak-anak kita pada pola hidup yang benar?

Mirisnya, saat ini banyak orang tua yang membiarkan anak mereka jatuh dalam tindakan-tindakan yang salah, dan lebih parah lagi mereka berama-sama melakukan tindakan itu, Mabuk-mabukkan secara bersama-sama, sering bertengkar dalam rumah, dan mengeluarkan kata-kata kotor antara sesama keluarga. Bukankah hal itu jauh dari didikan Tuhan?

Sebagai orang tua tentu mengharapkan semua anaknya berhasil, lalu apakah kita harus tetap hidup dalam kebiasaan itu? Jawabannya tidak!, sebagai orang tua kita seharusnya menjadi panutan dan teladan bagi anak-anak kita.

Ketika mendengar lonceng berbunyi rangkulah anak-anak kita, dan bawalah mereka dalam persekutuan dengan Tuhan seperti yang kita lakukan saat ini, ketika malam tiba, kumpulkanlah anak-anak dan bersekutulah dengan Tuhan.

Inilah yang Tuhan inginkan sehingga keberhasilan anak-anak kita adalah pasti, seperti yang tertulis dalam kitab (Amsal 29:17) “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan kententraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.” Tuhan memberkati kita semua. Amin.


Posting Komentar untuk "Belajar Dari Raja Uzia | Renungan Motivasi Kristen "