Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gerakan Reformasi Dan Kontribusinya Bagi Pendidikan Kristen | Motivasi-Kristen

kumparan.com

Mungkin bagi kita yang memiliki status sebagai pengikut Kristus atau Kristen sudah tidak asing lagi dengan kata Reformasi Gereja bahkan tokoh-tokoh reformator yang memperjuangkan kebenaran. Ada banyak tokoh reformator yang terlibat dalam gerakan reformasi, sebut saja nama-nama besar seperti Philip Melancthon, Huldreich Zwingli, namun pengaruh reformasi pada pendidikan Kristen ditemukan dalam pemikiran dan visi dari dua tokoh besar yaitu Martin Luther dan John Calvin. Sebagai tokoh utama dalam pergerakan reformasi, Martin Luther memiliki andil yang sangat besar dalam sejarah gereja dan pendidikan Kristen.

Perjuangan utama Luther ialah perjuangan doktrinal yang berusaha membangun teologi yang didasarkan atas penafsirannya terhadap Kitab Suci sebagai kebenaran Firman Tuhan dengan keyakinan yang kokoh bahwa manusia dibenarkan hanya karena imannya (sola fide), manusia diselamatkan karena anugerah semata (sola gracia), meyakini bahwa Kitab Suci adalah Firman Tuhan dan satu-satunya dasar dan ajaran yang benar (sola scriptura), keyakinan Kristus adalah anak Allah yang datang menyelamatkan umat manusia (sola christo), serta keyakinan yang mendalam bahwa segala kemuliaan itu adalah bagi Allah (soli deo gloria). Selain dari perjuangan doktrinal yang dibangun atas dasar penafsiran Kitab Suci yang benar, Martin Luther juga memberikan perhatian dan bahkan kontribusi yang besar bagi pendidikan Kristen.

Hal ini terlihat dengan jelas ketika Luther mendesak para pemimpin di kota praja Jerman untuk mendirikan sekolah, dan sebagian dari usaha itu berbuah, walaupun gagasan mulia itu tidak diwujudkan dalam sistem persekolahan yang mencakup kebutuhan semua anak Jerman.

Michael. J. Anthony mengatakan bahwa pendekatan Luther terhadap penafsiran Kitab Suci dan kepeduliannya terhadap pendidikan kaum awam itulah yang mengokohkan kepeduliannya dalam sejarah pendidikan Kristen. Yang menjadi pertanyaan besar terhadap reformasi yang dilakukan oleh Luther adalah hak dari manusia untuk menilai praktek dan kebenaran yang dilakukan oleh gereja.

Anthony lebih lanjut mengatakan upaya menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa awam yang dilakukan oleh Luther serta komitmennya terhadap kedaulatan Kitab Suci dilihat bukan hanya sekedar simbol dari reformasi; justru hal inilah yang menjadi pusat dari gerakan kembali kepada ajaran yang benar tentang Kitab Suci yang membedakan pendidikan Kristen dari semua sistem pengajaran lainnya.

Salah satu gerakan pendidikan yang dilakukan oleh Luther ialah kembali kepada pendidikan Yahudi yang menempatkan rumah tangga sebagai pusat dari pendidikan iman. Selain itu keyakinan dan komitmen Luther terhadap sola scriptura menjadi dasar bagi pandangannya terhadap dunia dan kehidupan yang menjunjung tinggi Kitab Suci sesuai dengan posisinya yang benar dalam kehidupan dan proses pembelajaran; karena seluruh pemikiran, perspektif, dan perilaku manusia harus didasarkan pada Kitab Suci yang menjadi dasar dan norma hidup orang percaya.

John Calvin di Jenewa pun rajin dalam usaha mendirikan sekolah terutama Akademi Jenewa yang menjadi perguruan tinggi bagi bakal pemimpin Gereja Pro-Reformasi di seluruh Eropa. Menurut Aristarchus, Calvin sendiri juga seorang yang gemar belajar, dan tidak heran dalam teologi Calvin penekanan terhadap pentingnya khotbah dan pengajaran dalam teologi Calvin merupakan cerminan dari founding father ini.

Calvin memegang prinsip bahwa iman yang benar adalah iman yang diikuti oleh daya pikir. Suatu dogma gereja hanya dapat dimengerti dan diterima bukan hanya bergantung pada pola pikir masyarakat yang menerima, tetapi juga bergantung pada daya pikir masyarakat yang menerimanya. Oleh sebab itu pendidikan sangat penting, dan Calvin sebagai tempat pembelajaran. Aristarchus lebih lanjut mengatakan bahwa pada zaman Calvin, pendidikan hanya terarah pada persiapan untuk para imam gereja Roma Katolik dan bukan pendidikan bagi masyarakat. Pendidikan bagi masyarakat tidak menjadi perhatian dan hal yang penting.

Dalam pandangan Calvin, pemahaman atas pentingnya pendidikan berbeda dengan gereja zaman itu. Pengelolaan gereja ada di tangan penatua yang tentunya orang awam. Mereka harus membaca Alkitab, mereka harus tahu pengakuan imannya. Karena orang awam terlibat dalam pengelolaan gereja mereka harus belajar dasar-dasar bergereja. Maka, gereja Calvinis sangat menekankan pentingnya pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Aristarchus sebagai berikut. Sedemikian pentingnya pendidikan bagi gereja Calvinis sampaisampai John Knox, seorang Calvinis dari Scotland, mengaku bahwa pendidikan masyarakat merupakan benteng Protestantisme dan fondasi yang kuat bagi negara.

Menurut Anthony, kontribusi lain dari Calvin terhadap pendidikan Kristen dapat dilihat dari upaya yang ia lakukan yaitu dengan menafsirkan dan menerapkan pengajaran Kitab Suci dan teologi yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, gereja, dan bangsa. Karena itu, perspektif Calvinis terkait tanggung jawab negara, gereja, dan rumah tangga ada di bawah kekuasaan Tuhan, banyak mempengaruhi pemerintahan dan pendidikan di Eropa dan Amerika. Dalam bidang pendidikan, pendekatan Calvin tidak berbeda dengan Luther, yang menerima teori-teori dan metodologi pendidikan kontemporer. Namun demikian tujuan pendidikan harus tetap sesuai dengan tujuan dari pedoman perilaku dari Kitab Suci yaitu hal-hal yang menyangkut tentang karakter ilahi dan disiplin kehidupan Kristiani.

Menurut Anthony. Sesungguhnya, kefanatikan religius dari para reformis ini sering memimpin kepada inovasi pendidikan dan kreatifitas instruksional, tetapi tujuan akhir dari pedoman perilaku dari Kitab Suci dalam hal karakter ilahi dan disiplin kehidupan Kristen. Dalam sejarah pendidikan Kristen selain dari tokoh besar reformasi, ada nama-nama besar yang menjadi penerus dari perjuangan reformasi dan memberikan kontribusi besar dalam dunia pendidikan Kristen. Dalam artikel ini, penulis akan membahas tiga tokoh yaitu Yohanes Amos Comenius, Johann H. Pestalozzi, dan Robert Raikes.

Yohanes Amos Comenius (1592-1670) seorang pakar pendidikan dari Hongaria, menerima pendidikan teologi dari Lutheran di Universitas Hiedelberg. Ia menjadi seorang pendeta dan sekaligus pendidik Kristen yang hebat. Karya besar yang dihasilkannya ialah Didactica Magna yang membawa dirinya disebut sebagai Bapak Pendidikan Modern. Seperti dikatakan, Anthony Comenius sesungguhnya bukan mendahului zamannya, tetapi ia unggul dalam segala hal yang dilakukannya dalam masa sejarah pencerahan dan reformasi.

Pada kenyataannya, teori Comenius menginspirasi munculnya pemikiran-pemikiran dan teori pendidikan baru. Selain Comenius, Jacques Rousseau adalah satu filsuf dan pakar pendidikan yang sangat dikenal pada abad ketujuh belas. Lahir di tengah keluarga Calvinis di Perancis, ia dikenal sebagai seorang ahli pendidikan yang menghasilkan karya besar “Emile” sebuah teori pendidikan yang berkaitan dengan anak menyangkut tentang sifat, minat, dan kebutuhan anak. Teori ini berpengaruh pada dunia pendidikan abad kedua puluh. Memasuki abad kesembilan belas, kontribusi pendidikan Kristen makin luas dan berkembang dengan munculnya nama besar seperti Johann H. Pestalozzi. Pestalozzi lahir dan dibesarkan di Zurich 1746.

Perjuangannya untuk memperbaiki pendidikan di Swiss didasarkan atas keprihatinannya terhadap situasi sosial yang terjadi pada waktu itu yang menyebabkan banyak anak tidak dapat bersekolah. Pestalozzi sangat mempercayai kekuatan pendidikan untuk memerangi kemiskinan, ketidakpedulian, penyakit, rasa takut, dan kejahatan di antara orang-orang miskin. Hal itulah yang membawanya menjadi seorang ahli pendidikan yang menghasilkan teori pendidikan dari pengalaman di ruang kelas. Dasar dan praktek pendidikan yang dikembangkan oleh Pestalozzi telah mengilhami sejumlah pemikir masyarakat dan pejabat pemerintah untuk memprakasai rencana pendidikan untuk semua anak.

Di tengah-tengah situasi yang sosial yang terjadi di Eropa khususnya di Inggris, pada abad kesembilan belas muncul nama Robert Raikes yang berjuang untuk memberikan pelajaran bagi anak-anak miskin dan papa, gerakan ini dikenal sebagai cikal bakal dari Sekolah Minggu. Gerakan ini mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pendidikan umum. Kenneth O. Gangel dan Warren S. Benson sebagaimana dikutip oleh M. J. Anthony mengatakan. Kepentingan pergerakan Sekolah Minggu sulit dilebih-lebihkan dalam sejarah pendidikan Kristen selama lebih dari 100 tahun. Sekolah Minggu hampir merupakan agen tunggal yang dominan, selain rumah, dalam pendidikan Kristen dari anak-anak dan pemuda Protestan.




Posting Komentar untuk "Gerakan Reformasi Dan Kontribusinya Bagi Pendidikan Kristen | Motivasi-Kristen "